• HOME
  • CATATAN PERJALANAN
  • ULASAN BUKU
  • CERITA IBU
  • DIY/HANDYCRAFT

Blogger Rumahan

Menulis; berbagi ide dan cerita dari rumah

gambar dari sini

Seumur hidup, bari kali inilah saya menerima begitu banyak kado. Maklum dari kecil emang enggak pernah sekalipun merayakan ulang tahun. Jumlahnya puluhan dan memenuhi salah satu pojok kamar pengantin 3 x 3 meter yang sengaja dibiarkan apa adanya, tanpa hiasan 'kamar pengantin' sedikitpun. Mulai dari yang ukuran besar sampai yang imut-imut. Dari yang berkertas kado batik sampai kertas kado bunga dan love. Tapi Yang bentuknya persegi dan gepeng (baca: amplop XD) itu beda lagi ya. Hehe..

Ada beberapa yang bisa langsung ditebak apa isinya. Tak lain karena bentuknya standar dan umum dilihat. Seperti kado yang berisi sepre. Atau bisa ditebak dari beratnya, misalkan barang pecah-belah. Hehe...

Mendapatkan banyak kado tentu menyenangkan. Waktu itu aku dan suami membuka sebagian kado di malam pertama. Aciee.. Saking banyaknya dan dilanjut keesokan paginya.

Bersyukur kado yang kami (saya dan suami) dapatkan lebih pariatif. Meskipun beberapa kado ada yang samaan. Mulai dari urusan dapur: rice cooker, dispenser, panci, ketel, pisau set, tupperware, picensa (sendok-garpu), dll. Kebutuhan rumah tangga lainnya: kipas angin, selimut, sepre, setrikaan, rantang susun, teko, rak piring, jam dinding, dll. Ada juga yang unik seperti frame sketsa wajah, gambar hasil goresan tangan, beberapa buku, dan gak ketinggalan yang paling unik dan ajaib: kotak musik! :D

Dari pengalaman mendapatkan banyak kado pernikahan yang berupa barang, saya bisa menyimpulkan bahwa sepre dan barang pecah-belah (gelas, piring, teko set) adalah barang-barang yang paling banyak dipilih untuk diberikan sebagai kado.
Tapi dari itu semua, kado terbesar dari sebuah pernikahan adalah pernikahan itu sendiri dan tentu doa-doa tamu undangan, sanak saudara yang menyertai...

Barokallahulaka wabaroka alaika wajamaa bi khoir... :)
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Mengajar Kreatif di Pedalaman Jambi ala Tanoto Foundation
 
            Sangat mudah ditemui kasus siswa yang merasa bosan belajar di dalam kelas. Mereka jadi malas mengikuti pelajaran sehingga kesulitan menyerap ilmu dengan baik.  Namun, berkat kegiatan Tanoto Foundation, situasi itu tidak terjadi di sebuah desa yang ada di pedalaman Jambi.
            Situasi belajar mengajar yang menyenangkan terlihat di Sekolah Dasar Negeri No. 92/V Gemuruh. Tidak ada yang menyangka kondisi tersebut bisa tercipta di Desa Gemuruh, Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berjarak sekitar 150 kilometer dari Kota Jambi. Untuk ke sana saja diperlukan waktu empat jam dengan mobil melewati jalanan yang rusak.
            Akan tetapi, meski berada di pedalaman, guru-guru di SDN No.92/V Gemuruh terbilang kreatif dalam mengajar. Salah satu contohnya dilaporkan oleh CNN Indonesia. Pada 18 April 2016, CNN Indonesia melihat langsung suasana belajar menarik yang terjadi di Kelas 5.
            Kala itu tengah berlangsung pengajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, tidak seperti sekolah lain yang biasa meminta anak membaca puisi atau menyusun kalimat, sang guru, Rosmaneni malah mengajak siswanya mewarnai dan menggambar.
            Rupanya para siswa diminta membuat alat peraga. Nantinya alat itu dijadikan sebagai sarana untuk menceritakan kembali buku yang sudah dibaca oleh siswa. Kemudian, secara bergiliran, para siswa yang terbagi menjadi tiga kelompok maju ke depan kelas dan bercerita dengan alat peraga masing-masing.
            Metode ini dinilai Rosmaneni lebih efektif. Siswa lebih mudah menyerap pelajaran yang ia sampaikan. “Kalau misal mereka membaca buku banyak, pasti sulit hafal atau mengerti. Kalau dengan gambar, mereka bisa cepat dan lebih mengenal tokoh-tokohnya. Imajinasi mereka berkembang daripada meringkas dan mencatat tanpa gambar," kata Rosmaneni.
            Rosmaneni bisa mengajar dengan kreatif seperti itu berkat kegiatan Tanoto Foundation yang bertajuk Pelita Guru Mandiri. Program ini memberi pelajaran kepada guru untuk mampu mengajar dengan kreatif di tengah keterbatasan fasilitas. Selain itu, sistem pengajarannya juga dibuat supaya siswa antusias dalam mengikuti pelajaran.
            Tanoto Foundation yang didirikan oleh keluarga Sukanto Tanoto tidak hanya memberi pelatihan. Mereka juga mendampingi dan mengevaluasi kinerja para guru. Akibatnya guru tertantang dan senang untuk mempraktikkan materi pelajaran kreatif yang diberikan.
            “Tanoto Foundation memberikan materi yang mereka minta  untuk dilaksanakan. Kemudian kami praktik dengan kembali ke sekolah dan melaksanakan rencana tindak lanjut. Makanya kami jadi semangat," kata Kepala Sekolah SDN No. 92/V Gemuruh, Ellita.
            Pelita Guru Mandiri hanya sebagian dari kegiatan Tanoto Foundation yang terkait pendidikan. Yayasan yang didirikan oleh keluarga Sukanto Tanoto ini juga aktif memberikan beasiswa Tanoto Foundation. Hal itu dikarenakan penggagasnya, Sukanto Tanoto, yakin bahwa pendidikan bisa menjadi cara ampuh dalam pengentasan kemiskinan.
Share
Tweet