• HOME
  • CATATAN PERJALANAN
  • ULASAN BUKU
  • CERITA IBU
  • DIY/HANDYCRAFT

Blogger Rumahan

Menulis; berbagi ide dan cerita dari rumah

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh sokan jadi arep-arepeun nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah) dan rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura.
T-shirt I Love Singapure
Sumber gambar: bacaterus.com

Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti.

Sumber: singaporetales.co.uk
Keramik
Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura.

Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura.

Bak Kwa (sumber: detik.com)
Bak Kwa
Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Daging ini diproses dengan cara diasap dan memiliki rasa gurih. Cocok untuk cemilan atau lauk yang disajikan bersama nasi hangat.

Karena proses pemasakannya diasap, membuat Bak Kwa tahan lama untuk disimpan dan dibawa pulang ke Indonesia. Nggak perlu takut bakal basi atau bau di jalanan. Karena sudah ada versi khusus oleh-oleh yang dijual di bandara.

Tapi jangan asal beli Bak Wa ya, karena biasanya makanan ini terbuat dari daging babi. Namun jangan khawatir, ada juga Bak Wa yang terbuat dari daging ayam dan memang dikhususkan bagi warga muslim. Jadi sebelum beli harus jeli dan tanya-tanya dulu ya!

Kaya (sumber gambar: seriouseats.com
Kaya
Ini adalah selai khas Singapura yang terbuat dari santan, telur dan gula. Biasanya disajikan dengan roti panggang untuk sarapan pagi. Saking lezatnya kaya khas Singapura, selai yang satu ini selalu jadi buruan wisatawan untuk oleh-oleh. Dengan kemasan yang rapat, kaya bisa bertahan lama untuk dibawa ke lokasi yang jauh sekalipun.

Garrett popcorn (sumber gambar: yelp.com)
Garrett Popcorn
Aslinya makanan yang satu ini berasal dari Amerika Serikat, tapi untuk kawasan Asia Tenggara, tempat membeli Garrett yang paling dekat adalah di Singapura. Makanan yang satu ini punya rasa yang unik, tidak dijumpai di manapun kecuali di Garrett. Saking enaknya, sampai-sampai makanan ini jadi oleh-oleh kekinian yang dibawa pulang wisatawan dari Singapura.

Baca juga : Wisata Murah Meriah Pohon Miring

Tiger balm (sumber gambar: sparkcreative.com)
Tiger Balm
Balsam buatan Aw Chu Kin ini sudah sejak tahun 1870-an dan dikenal sebagai pereda rasa nyeri yang ampuh. Balsam ini manjur untuk meredakan berbagai macam penyakit, seperti kelelahan, masuk angin, keseleo dan banyak keluhan di tubuh lainnya.

Uniknya, karena saking ampuhnya Tiger Balm mengatasi berbagai masalah, sampai-sampai jadi oleh-oleh khas Singapura. Membelinya pun mudah, hampir semua apotek dan toko di bandara menjual Tiger Balm. Cocok untuk oleh-oleh diri sendiri, atau diberikan kepada keluarga yang membutuhkan.

TWG Tea (sumber gambar: twgtea.com)
TWG Tea
Ini adalah teh premium yang sudah ada di Singapura sejak tahun 1837. TWG Tea memiliki lebih dari 800 pilihan rasa yang unik. Biasanya teh ini disajikan untuk sarapan di pagi hari bersama cemilan khas Singapura.

Tidak hanya rasanya yang premium, teh ini juga dikemas dengan cantik. Tidak hanya cocok buat oleh-oleh, para pengantin yang ingin memiliki souvenir pernikahan unik pun banyak yang membeli teh ini untuk diberikan kepada para tamu undangan.

Membeli oleh-oleh di Singapura bukan hal yang susah. Hampir semua barang yang ada di atas ada di tempat-tempat wisata Singapura. Setelah puas bermain dan refreshing di tempat wisata, kamu bisa langsung belanja oleh-oleh.

Jika tidak menemukannya di tempat wisata, kamu bisa mencari oleh-oleh di bandara Changi. Kalau membeli di sini, kamu sudah nggak perlu bingung dengan pajak lagi, karena sudah otomatis dipotong oleh toko.

Sekarang punya ide kan, oleh-oleh selain gantungan kunci dan t-shirt bertuliskan I Love Singapore?
Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
Politik, foto: cameotv.com
Kalau ditanya, ibu rumah tangga boleh gak sih ngomogin soal politik? Tentu jawabannya boleh-boleh saja dong. Dari pada ngomongin tetangga sebelah atau ngebahas isu berakhirnya rumah tangga artis alias ngegosip. Karena berita politik kini telah menjadi topik yang dibicarakan oleh segala lini masyarakat, mulai dari kalangan bawah, menengah sampai ke kalangan elit masyarakat.
Berita politik memang tidak akan pernah habis untuk dibahas dan menjadi topik yang hangat diberikan setiap harinya, karena memang bangsa kita sangat lekat dengan kehidupan politiknya. Sebut saja dengan banyaknya parpol atau partai politik yang memiliki visi  dan misinya masing- masing, di mana masyarakat dengan bebas dapat memilih partai politik mana yang dapat mempejuangkan hak-haknya sebagai warga negara. Pemberitaan politik yang simpang siur bahkan dikaitkan dengan agama ataupun ras, merupakan topik yang sedang hangat dibicarakan, namun alangkah lebih bijak jika kita tidak terpengaruh dengan berita yang belum pasti untuk tetap menjaga persatuan bangsa. Sebagai masyarakat yang awam terhadap pengetahuan politik, sebaiknya kita lebih mencari dan menggali lebih banyak informasi yang sebenar-sebenarnya mengenai berbagai acam pembicaraan yang dapat memicu perpecahan.
Berita politik sendiri dapat ditilik dari sudut pandang yang berbeda, di antaranya politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Selain itu, politik juga dapat diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, dan politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Kunci dari pemahaman politik terdiri dari kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, dan partisipasi politik. Pada partisipasi politik tersebut, sebagai warga negara yang turut serta dalam pesta demokrasi politik, sebaiknya memang kita mengetahui seluk beluk tentang partai politik agar dapat memilih yang tepat pada pemilu nantinya.
Dari uraian di atas sangat jelas bahwa pemerintah dan juga warga negaranya sangat berkepentingan dan memiliki peranan masing–masing dalam ranah politik, namun dengan porsi yang sesuai serta dengan peran yang telah ditentukan. Berita politik yang ada semestinya dapat menjadi pemersatu bangsa, bukannya menjadi pemecah antar warga negara Indonesia karena berbagai macam persoalan politik yang diselubungi dengan niat–niat tidak bertanggungjawab dari elemen politik yang memiliki tujuan tertentu, salah satunya tujuan untuk memecah belah. Perpecahan karena politik tidak akan terjadi jika kita sebagai warga negara cerdas dalam menyikapi suatu persoalan yang terjadi, hingga menyikapi berbagai pemberitaan dengan kepala yang dingin tanpa diikut dengan sikap yang memicu perpecahan tersebut.
Jadi mulai sekarang baca berita politik nasional yang jujur dan benar serta tidak memecah belah bangsa. Bukan cuman asal comot dari beranda facebook misalnya, atau dari portal berita yang pro terhadap satu parpol saja sehingga kita mudah terpengaruh. Berita apapun yang kita dapat harus disaring dan diperkuat dengan sumber dari referensi yang terpercaya tentunya. Satu lagi yang terpenting, sibuk baca dan ngomongin politik apa pekerjaan ibu rumah tangganya sudah kelar, Mak? Jangan sampai kondisi politik rumah tangganya yang kacau balau. Hihihi..
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Persalinan normal dan tanpa masalah, tentu menjadi idaman para wanita di dunia ini. Segala macam cara dilakukan, mulai dari menjaga pola makan, istirahat yang cukup, pemenuhan nutrisi, dll, dilakukan sebelum persalinan tersebut. Tak terkecuali bagi saya, saya berpatokan kepada mamah yang melahirkan kelima anaknya dengan normal. Namun harapan itu kandas saat kehamilan saya sudah melewati 40 minggu tetapi tanda-tanda akan melahirkan belum juga datang. Bayi dalam kandungan saya sudah melewati usia kehamilan yang seharusnya. Ketika medis menyatakan saya harus mengeluarkan bayi sesegera mungkin, dan induksi menjadi salah satu pilihannya. Namun hati kecil saya masih tak percaya, mengapa harus induksi? Tak bisakah menunggu sebentar saja sampai saya merasakan mulas dan menjalani persalinan tanpa bantuan obat rangsangan tersebut? Meskipun dengan induksi saya masih bisa melahirkan normal (pervaginaan), bukan operasi.

Baca juga: Welcome, Den Junior!

Cek kandungan
Sepulang dari bidan pas cek up terakhir kehamilan, menjadi salah satu momen paling mellow dalam cerita kehamilan pertama saya. Saat itu HPL udah lewat 6 hari, bidan menganjurkan saya untuk USG dan periksa ke dokter kandungan. Dengan segala nasihatnya,  bagi saya omongan bidan itu lebih terdengar seperti menakut-nakuti. Mungkin karena kondisi emosi bumil yang tidak stabil, jadi kemungkinan terburuk tindakan yang harus diambil untuk bayi saya yang bidan jelaskan telah berhasil membuat saya stress. Sesampainya di rumah, tangis saya tumpah, suami menenangkan. Mamah kasih nasihat, santai saja, katanya, emang belum waktunya lahir, kok. Nanti juga bayinya ngajak sendiri. Nasihat itu seperti menguap di udara.

Periksa dokter kandungan dan USG
Tidak selesai sampai disitu. Malamnya saya memenuhi anjuran bidan, USG di salah satu RS di Cikampek. Saya lupa berapa nomor antriannya, yang pasti saya pasien terakhir malam itu. Jam 11 malam baru dipanggil dan di ruang tunggu sudah tak ada siapapun selain saya dan suami. Bumil sudah kucel, capek, dan yang pasti sudah bedmood. Untuk kedua kalinya, saya merasakan apa yang diomongin dokter kandungan tak lebih seperti yang diucapkan bidan tadi sore. Dokternya terkesan galak dan menyalahkan saya. Dia nanya soal hasil USG pertama kali, saya bilang gak punya laporannya, waktu itu saya USG bidan di Serang. Dokternya sedikit marah, katanya USG apaan di bidan? USG harusnya di dokter kandungan bla bla bla. Ketika saya bilang pernah juga USG di puskesmas, saya menyebutkan nama dokter yang USG pada saat itu. Eh dokternya malah nilai kalau dokter itu mah gak bagus, masih mending dokter ini (membandingkan dua nama dokter yang bekerja di puskesmas tersebut). Saya makin stress saat dokter bilang, kayaknya ibu gak memenuhi makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil (saya merasa cukup makan dan nutrisi saar hamil). Ah, intinya saya diomelin dokter. Finally, dokter memutuskan saya untuk segera ambil tindakan induksi karena hasil USG menyatakan air ketuban dalam rahim saya sudah berkurang. 

Apa Itu Induksi?
Dilansir dari laman aladokter.com, induksi adalah proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi dengan tujuan mempercepat proses persalinan. Prosedur ini tidak dapat dilakukan sembarangan karena mengandung lebih banyak resiko dibandingkan dengan persalinan normal. Mereka yang menjalaninya sebaiknya mendapat informasi selengkapnya tentang alasan, prosedur, dan resiko yang mungkin dihadapi.
Mengapa harus induksi?
Tindakan induksi tentu tidak boleh sembarangan dilakukan. Hal-hal berikut yang mengharuskan ibu hamil melakukan proses induksi atau mempercepat persalinan dengan cara diberi perangsang:
1. Kondisi medis ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes. Dalam kondisi ini induksi menjadi pilihan agar ibu tetap bisa diselamatkan.
2. Ibu hamil menderita sakit herpes biasanya sebelum HPL akan disarankan untuk mempercepat persalinan, salah satunya dengan proses induksi.
3. Adanya kondisi yang dapat membahayakan janin apabila terlalu lama berada di dalam kandungan, seperti air ketuban sedikit, hambatan pertumbuhan pada janin, kehamilan lewat bulan, dan pergerakan janin melemah.
4. Selaput ketuban pecah waktu lahir yang dapat meningkatkan resiko infeksi.
5. Kehamilan lewat bulan (41 minggu atau lebih 7 hari dari HPL). Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko komplikasi pada bayi. Karena semakin lama bayi di dalam kandungan dikhawatirkan plasenta tidak mampu lagi memasok nutrisi untuk bayi, karena plasenta hanya mampu bertahan sampai akhir minggu ke-42.

Menyiapkan mental
Setelah diskusi panjang dengan suami dan dibumbui drama-drama menjelang persalianan, mau tidak mau saya harus memutuskan. Penginnya sih ngikutin yang dibilang mama, "orangtua jaman dulu banyak yang lahirannya usia kandungan 10 bulan, alhamdulillah sehat-sehat ibu dan bayinya, emang kalau belum waktunya brojol mah ya gak akan brojol." tapi saya juga percaya dengan ilmu kedokteran. Jika saya tetap mempertahankan untuk tidak segera melahirkan bayi saya, padahal air ketuban sudah sedikit, resikonya adalah keselamatan bayi dalam kandungan saya. Dengan menyiapkan mental dan terus berdoa, sorenya saya memutuskan untuk diinduksi di salah satu RS di kota saya. Sempat bingung juga memilih RS yang mana, karena sebelumnya saya tidak pernah kontrol kehamilan di RS, melainkan di bidan karena niatan awal lahiran di bidan dekat rumah. Tapi qodarullah, Allah adalah perencana dan penentu paling baik, saya percaya itu..
Share
Tweet
Pin
Share
12 komentar
Newer Posts
Older Posts

Kontak Penulis

Facebook: Lina Astuti
Instagram: @linaastuti_
Twitter: @naku_ast27
Email: linaastuti27@gmail.com

Member dari

Member dari


Teman-teman

Postingan Terakhir

Postingan Populer

  • Perawatan Wajah di Farina Beauty Clinic
    Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu saya pergi ke klinik kecantikan. Niat awalnya hanya untuk facial, karena merasa komedo sudah terlalu...
  • Tips Menjemur Pakaian Dalam
    Bagi semua orang celana dalam (CD) dan bra (khusus bagi wanita) merupakan barang paling pribadi. Ada yang bilang bahwa dua benda tersebut m...
  • Dalam Sakit, Larik Puisi Sapardi Djoko Damono
    Bagi pecinta puisi, siapa yang tak kenal dengan Sapardi Djoko Damono (SSD)? Sastrawan yang terkenal dengan puisi-puisinya yang beraliran pu...
  • Sambal Tempe Ayam Suwir SO GOOD, Variasi Menu Piring Gizi Seimbang
    Para emak pasti setuju kalau aktifitas masak-memasak itu menguras empat hal ini: waktu, tenaga, materi, dan pikiran. Saya pribadi sebagai ...
  • Solusi Pegal-pegal untuk Pekerja Kantoran
    Gambar: karimuslim.com Seorang pekerja kantoran biasanya dapat menghabiskan waktu dalam kurun waktu yang sangat panjang dalam sehari d...
  • Genset: Alat Penting untuk Kebutuhan yang Genting
    Zaman sekarang ini siapa sih yang tidak membutuhkan tenaga listrik? Apalagi hidup di kota besar seperti Jakarta. Mulai dari kebutuhan prib...
  • Cara Mudah Mengingat Urutan Satuan Jarak
    Tidak sedikit anak-anak yang kurang menyukai pelajaran Matematika. Pelajaran tersebut dianggap sulit karena berhubungan dengan hitung-mengh...
  • Cerita Dalam Filosofi Hujan
    Oleh: Lina Astuti Judul Buku: Jika Hujan Pernah Bertanya Penulis: Robin BIE Wijaya Cetakan: I, Agustus 2011 Penerbit: Leutik...
  • Perbedaan Sinetron, Film, Sitkom, dan FTV
    Sinetron TV (kapanlagi.com) Pernah dengar gak sih saat ibu–ibu lagi ngerumpi di angkot atau di warung, mereka sibuk ngobrolin sinetr...
  • Resensi Novel Rengganis Altitude 3088
    Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Ter...

Arsip Blog

  • ►  2020 (10)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (2)
    • ►  Juni 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (3)
  • ►  2019 (27)
    • ►  Desember 2019 (1)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  Oktober 2019 (4)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (4)
    • ►  Juli 2019 (4)
    • ►  Juni 2019 (3)
    • ►  Mei 2019 (2)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (2)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  Agustus 2018 (3)
    • ►  Juli 2018 (3)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (2)
    • ►  April 2018 (4)
    • ►  Maret 2018 (4)
    • ►  Februari 2018 (4)
    • ►  Januari 2018 (3)
  • ▼  2017 (31)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (2)
    • ▼  September 2017 (3)
      • Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu...
      • Ibu RT Ngomongin Politik: Tentang Beragam Pemahama...
      • [Catatan Persalinan] Mengapa Harus Induksi?
    • ►  Agustus 2017 (2)
    • ►  Juli 2017 (3)
    • ►  Juni 2017 (1)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  Maret 2017 (5)
    • ►  Februari 2017 (1)
    • ►  Januari 2017 (5)
  • ►  2016 (22)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  November 2016 (3)
    • ►  Oktober 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (1)
    • ►  Juni 2016 (3)
    • ►  April 2016 (2)
    • ►  Maret 2016 (2)
    • ►  Februari 2016 (4)
    • ►  Januari 2016 (2)
  • ►  2015 (52)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  Oktober 2015 (6)
    • ►  September 2015 (11)
    • ►  Agustus 2015 (11)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (5)
    • ►  Mei 2015 (1)
    • ►  April 2015 (6)
    • ►  Maret 2015 (4)
    • ►  Februari 2015 (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember 2014 (2)
    • ►  Januari 2014 (1)
  • ►  2013 (6)
    • ►  Desember 2013 (5)
    • ►  Maret 2013 (1)
  • ►  2012 (15)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  Mei 2012 (1)
    • ►  Maret 2012 (2)
    • ►  Februari 2012 (2)
    • ►  Januari 2012 (9)
  • ►  2011 (6)
    • ►  Desember 2011 (2)
    • ►  November 2011 (4)
Created with by ThemeXpose