FLP, SAYA & PKS
Tahun 2014, orang bilang itu tahun politik, tahun di mana setiap
kesempatan dijadikan dan disajikan sebagai isu-isu menarik yang sayang
untuk tidak dinikmati. Sebut saja bagi insan politik atau bagi yang
punya ketertarikan padanya.
Menanggapi perbincangan akhir-akhir ini yang menurut saya lumayan
menarik, tentang Forum Lingkar Pena dan PKS. Menurut Aris Adenata dalam
tulisannya yang berjudul "Kemerdekaan Sastra Dalam Politik", bahwa
Danang Muchtar Syafi'i telah menggiring opini ke khalayak umum bahwa FLP
adalah bagian dari PKS, dengan serta-merta menganggap FLP menjadi
bagian dari mesin rekrutment kader-kadet PKS. Dalam tulisan balasannya
itu, Aries Adenata melontarkan ketidaksepahaman tentang apa yang
dilansir oleh Danang. Saya setuju bahwa FLP adalah organisasi yang
merdeka dan non partai, yang sama sekali tidak ada tujuan politik apapun
di dalamnya. Kalau toh pada kenyataan di lapangan banyak orang-orang
FLP yang juga kader PKS dan menduduki tempat-tempat strategis di partai
tersebut atau sebaliknya, menurut saya itu hanya sebuah dinamika
kebebasaan personal dalam memilih, kecenderungan atas ideologi pribadi
dengan partai tersebut, saya tegaskan lagi, sebagai pribadi bukan
sebagai orang FLP.
FLP, SAYA & PKS
Beberapa tahun terakhir saya terlibat di kegiatan kepanduan akhwat
(SANTIKA, red) walaupun tidak terjun secara aktif. Karena prioritas,
maka saya memutuskan untuk mengikuti kegiatannya pada saat event-event
tertentu, misalkan saat bakti sosial pada waktu Karawang banjir, atau
pada saat penggalangan dana untuk kemanusiaan rakyat Palestina, di mana
membutuhakan banyak bantuan tenaga serta partisipasi lainnya.
Pernah suatu ketika, minggu pagi saya harus bertugas 'jaga'
sebagai SANTIKA, sedangkan siangnya ada agenda pelatihan rutin di
FLP. Karena tidak bawa baju ganti akhirnya saya ke FLP dengan PDL
(pakaian dinas lapangan) dengan melipat logo partai yang ada di kanan
bawah kaos PDL saya (untung kaosnya panjang :D). Saya pikir FLP adalah
lembaga netral, sama seperti lingkungan pendidikan atau tempat ibadah
yang merupakan zona putih dari partai manapun, jadi saya tidak boleh
menunjukannya, yang bisa dipastikan akan mendapat tanggapan berupa
cengiran lalu menyinggung, "Kampanye ni ye.."
Pada kenyataannya, FLP dan PKS adalah dua buah organisasi berbeda yang bisa dibilang sama-sam
a sedang beranjak dewasa dan mengundang banyak perhatian. FLP yang
usianya hampir 17 tahun (Febuari 1997), merupakan organisasi kepenulisan
yang dianggap penomenal dan terbesar di Indonesia, bahkan dalam kurun
waktu yang relatif singkat mampu membentuk lebih dari 30 cabang yang
tersebar hampir di seluruh profinsi di Indonesia dan beberapa negara
lainnya seperti Amerika, Australi, Jepang, Hongkong, Yaman, Mesir bahkan
Malaysia. Begitu juga dengan PKS yang..ah silahkan baca sendiri sejarah
perkembangan partai yang awalnya bernama Partai
Keadilan (PK) ini berikut perolehan suaranya pada 1998 dan 2004.
Dengan 'tuduhan' ini beberapa orang berpendapat kalau FLP merasa
dirugian karena dianggap sebagai organisasi yang terbelenggu, tidak
bebas. Beberapa orang yang lainnya memilih tenang dan keep smile saja
meskipun dalam hatinya tidak setuju jika FLP dianggap 'antek-antek' dan
mesin rekrutment partai tertentu.
Saya anekdotkan seperti ini; Tidak masalah meskipun kami didzolimi,
pasti Allah mempunyai rencana lain di balik setiap peristiwa, nyatanya
setelah kejadian ini banyak orang berbondong-bondong menjadi kader PKS,
itu ujar Anis Matta menanggapi kasus yang menerpa partainya. "Siapa tahu
setelah kejadian ini pula banyak orang FLP yang penasaran dan
berbondong-bondong masuk PKS atau sebaliknya" *eh.. :D
punteun jiddan, ah :) mararangga..
Cikampek, 14 Desember 2013
ditemani suara keran air di pagi buta.
0 komentar